Kerajaan Pajang


Kerajaan Pajang adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1568 dan runtuh pada 1587.


1. Kondisi Geografis Kerajaan Pajang



Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam yang menjadi pengganti Kerajaan Demak di Pulau Jawa. Pusat kekuasaan Panjang tepatnya berada di daerah Jawa Tengah, Laweyan, Pajang, Surakarta. Secara geografis wilayah Pajang merupakan kawasan dataran rendah yang subur dengan aliran Sungai Bengawan Solo. 

Meskipun berada di daerah pedalaman Jawa, kerajaan ini memiliki cakupan wilayah kekuasaan yang luas. Wilayah kekuasaannya meliputi Pengging, Tingkir, Butuh,  Madiun dan juga daerah dengan aliran Sungai Bengawan Solo seperti Bagelan, Blora, Kedu, Kediri, Banyumas, Madura, dan Surabaya. 


2. Keadaan Politik Kerajaan Pajang

Kehidupan politik Kerajaan Pajang dipenuhi dengan banyak tokoh yang terpaku dengan dendam dan perebutan pemerintahan. Pada awal berdirinya, kerajaan ini mengalami kudeta yang dilakukan oleh Arya Penangsang. Kudeta ini dijalankan berdasar dengan rasa benci dan dendam kepada Sultan Hadiwijaya. Alhasil pertikaian darah antara Hadiwijaya dan Arya Penangsang pun tak dapat dihindari. 

Keberadaan para Wali Songo pada masa kudeta ini pun tidak begitu kentara. Hal ini lantaran adanya instruksi dari Sunan Kalijaga agar para wali dapat menempatkan diri dan tidak ikut campur dalam jalannya peperangan. Inilah yang kemudian memunculkan filsafat bahwa wali hanyalah mengurusi agama dan bukan soal perebutan kekuasaan ataupun pimpinan. 

Selain itu, kehidupan politik kerajaan ini juga dihiasi dengan usaha perebutan tahta yang terus berjalan dari masa Sultan Hadiwijaya hingga masa pemerintahan Pangeran Benawa II. Perebutan ini terjadi lantaran dendam dan ketidakpastian pewarisan tangkup kepemimpinan di Pajang. 


3. Keadaan Ekonomi Kerajaan Pajang

Pajang merupakan wilayah subur yang menyandang predikat sebagai lumbung beras pada abad ke 16 hingga 17. Suburnya tanaman pokok di Pajang tidak lain didasari dari letak Pajang yang berada di dataran rendah sungai Pepe dan Dengkeng dengan Bengawan Solo. Letaknya yang strategis membuat tanah Pajang memiliki sistem irigasi yang terkelola dengan baik. 

Pajang bahkan mampu menjadi eksportir beras yang secara aktif mengirimkan beras melewati jalur perdagangan Sungai Bengawan Solo. Aktifnya perdagangan Pajang ini juga berimbas dengan tingginya tingkat kehidupan ekonomi masyarakatnya. Bahkan wilayah Pajang sempat digadang-gadang sebagai salah satu wilayah agraris maritim yang memiliki potensi tinggi. 


4. Agama di Kerajaan Pajang

Kehidupan agama masyarakat Pajang dihiasi dengan perkembangan Islam yang sangat pesat. Perkembangan Islam yang pesat ini lah yang menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Pajang sebagai salah satu kerajaan bercorak Islam yang terkenal di Nusantara. 

Tentunya perkembangan agama Islam ini tak lepas dari peran para Wali Songo yang turut serta menyebar luaskan agama Islam di tanah Pajang. Terlepas dari itu, Sultan Hadiwijaya sebagai raja pertama Pajang juga memiliki pengaruh yang besar. Terkenalnya Sultan Hadiwijaya sebagai pemeluk Islam yang taat membuat masyarakat Pajang membuka diri terhadap pemikiran dan ajaran Islam. 


5. Keadaan Sosial Masyarakat Kerajaan Pajang.

Kehidupan sosial masyarakat Pajang di masa lalu digambarkan sebagai masyarakat yang harmonis dan memiliki tingkat kearifan lokal yang tinggi. Kehidupan sosial yang tinggi ini tentunya juga didukung dengan faktor ekonomi yang tinggi pula pada masa tersebut. 


6. Keadaan Budaya Kerajaan Pajang.

Kehidupan Budaya di Pajang banyak dipengaruhi oleh seni-seni islamis. Hal ini terbukti dari berdirinya Masjid Laweyan sebagai pusat peribadahan Islam pada masa tersebut. Selain itu, kebudayaan membatik tulis juga merupakan sebuah kebanggaan sekaligus bukti peninggalan Pajang di Jawa.

0 comments:

Post a Comment